AKU, DUNIA. MIMPIKU

Sekilas Semua Itu Tampak Nyata Namun Penuh dengan Kepalsuan
0

Kabut Tipis Di Senyum Mu

Ku sandarkan tubuhku seraya menghembus nafas yang diburu waktu. Kepentikkaan api dari korek ku sambil membakar rokok yang tinggal sebatang. Pikiranku jauh melambung mengawan. "Bagaimana kabarmu di sana?" Tanya hatiku terhadap sesosok manusia yang salalu bermain di pikiran ku akhir-akhir ini. Sudah 6 tahun tak ku lihat gelak tawanya dan candaannya yang selalu membuatku tersenyum lepas.
Sekilas ku kembali ke masa lampau. Anggun adalah sosok perempuan yang pertama kali ku lihat ketika aku kuliah di sebuah universitas di tempatku. Dia adalah sosok yang begitu mengagumkan. "Sporty but she beautiful" itulah gambaranku terhadapnya. Ia lebih anggun mengenakan celana jeans dan balutan baju casual. Yah, begitulah Anggun seanggun namanya. Dia adalah senior tingkatku. Perkenalanku hanya lewat proses Perkenalan mahasiswa baru. Tahun pertamaku hanya dihiasi pertemuan yang biasa-biasa saja. Hanya dihiasi senyuman sapa ketika tak sengaja berjumpa. Namun itu sudah membuat detak jantungku serasa berhenti.
Namun entah kenapa keberuntungan menghampiriku di semester berikutnya kami ternyata sekelas karena kami memprogram mata kuliah yang sama. Saat itulah kedekatan kami memuncak. Ternyata dia dan aku memiliki hobi yang sama yaitu traveling ataupun naik gunung. Singkat cerita kami bisalah dikatan sudah saling menyukai satu sama lain. Namun ada hal yang janggal kami tidak pernah mau mengungkapkannya secara langsung. Aku juga tak mau mengatakan perasaanku yang sebenarnya karena aku merasa ketika ku ungkapkan suatu saat itu akan dapat menyakiti perasaannya. Kubiarkan kisahku mengalir begitu saja. Karena aku dan dia sudah begitu dekat tak perlu ungkapan perasaan dan status pacaran. I'm truly love her so make it's simple.
Hal yang paling tak bisa kulupakan adalah ketika kami duduk berdua melihat terbitnya matahari dari puncak gunung. Kulihat matahari lewat kabut tipis itu sambil kugemgam tangannya. Sambail memandangi warna suram dari kumpulan pohon bergerak pelan ditiup angin. Ku dengar suaranya lirih "Apa kita akan seperti ini terus?" Apakah kita akan masih seperti ini?". Aku hanya menatap matanya sambil melempar senyum "Aku akan terus seperti ini, make all simple". Ia hanya membalas senyumku. Ku rasa dia juga tahu aku orang yang tak pernah mau memikirkan hal yang terlalu ribet, dan hal yang paling tak pernah ku penuhi adalah permintaannya untuk minum susu. My life is fun.
Namun tiba hal yang paling tak kusukai dalam hidupku, ketika ada orang yang mengucapkan perpisahan. Anggun harus mengikuti kemauan orangg tuanya untuk melanjutkan studi di luar negeri. Ia tak punya alasan untuk menolak, aku yang tak pernah memberi kepastian akan perasaanku, apalagi keluarganya juga tak akan setuju dengan kondisiku yang masih suka dengan duniaku sendiri. Intinya kami memang harus berpisah. But I never say good bye. Biarlah dia pergi dengan sejuta kenangan yang berkabut.
Peluit panjang terdengar menghentak lamunan masa laluku. Kereta sudah siap membawaku ke tujuan pendakian selanjutnya. Cuma itu yang kulakukan untuk mengobati semua kenanganku mencari kabut tipis berhiaskan cahaya mentari dari puncak. Kali ini kuharap yang terakhir karena Anggun memberiku kabar minggu depan Ia akan kembali. Katanya Ia sangat ingin bertemu denganku. Kabut manisku tak ingin ku melepasmu lagi.

0 komentar:

Posting Komentar