gelas retak yang berisikan air
kering ia tak mau
penuh menjadi tanda tanya
sesekali hidup terkadang seperti itu
keris usang bukannya tak tajam
cuma insyaf menggoreskan luka
mengapa badai selalu diratapi
sedang ia juga sedang berlari
mengarah tenangnya
menarik melihat ombak berkejaran
dari bibir pantai tersungging senyum menyambutnya
mengapa sulit tersenyum
ketika kaki hanya tersentil duri Diadema setosum
bibir ini selalu kelu tak punya darah
hendak hati bertanya pada langit
mengapa begitu setia untuk bumi
bukan aku iri, bukan pula aku mau menjadi langit
aku cuma bertanya
AKU, DUNIA. MIMPIKU
Sekilas Semua Itu Tampak Nyata Namun Penuh dengan Kepalsuan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar