AKU, DUNIA. MIMPIKU

Sekilas Semua Itu Tampak Nyata Namun Penuh dengan Kepalsuan
0

SIKLUS REPRODUKSI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siklus reproduksi adalah perubahan siklik yang terjadi pada system reproduksi atau ovarium, oviduk, uterus, dan vagina hewan betina dewasa yang tidak hamil yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan lainnya.
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan proses dimana suatu organisme menghasilkan individu baru dari spesies yang sama. Individu baru yang dihasilkan secara morfologi dapat serupa atau berbeda dengan induknya. Perkembangbiakan pada organisme bertujuan agar organisme yang bersangkutan dapat mempertahankan jenisnya. Kelestarian suatu spesies secara keseluruhan mengharuskan tiap individu memperbanyak diri. Tiap generasi menghasilkan individu baru untuk menggantikan yang mati karena pemangsa, parasit, atau umur tua.
Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primate, kemauan menerima hewan-hewan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau birahi. Selama estrus, hewan-hewan betina secara fisiologis dan psikologis dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan structural terjadi di dalam organ asesoris seks betina. Hewan-hewan monoestrus menyelesaikan satu siklus estrus setiap tahun apabila tidak diganggu dengan kehamilan.
Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan mamalia yang dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan percobaan ini, dimana pada percobaan ini kita inggin melihat siklus reproduksi dari hewan mamalia ini dengan cara mengamati sel-sel hasil apusan vagina pada mencit betina tersebut. Dan dari hasil apusan vagina ini kita dapat menetukan tahap-tahap siklus reproduksi pada hewan betina. Berdasarkan hal di atas maka praktikum “Siklus Reproduksi” ini dilakukan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk membedakan sel-sel hasil apusan vagina.
2. Untuk untuk menentukan tahap siklus yang sedang diamati oleh hewan betina.
C. Manfaat
Agar kita dapat mengamati dan mengetahui tahap-tahap siklus reproduksi pada hewan betina non primate dengan melihat sel-sel hasil apusan vagina.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semua mahkluk hidup mempunyai kemampuan untuk menghasilkan organisme baru yang sama dengan dirinya, ini berkaitan dengan reproduksi. Kata reproduksi menyiratkan replikasi; memang benar bahwa reproduksi biologis hampir selalu menghasilkan semacam “duplikat” induknya. Akan tetapi reproduksi seksual yang dilakukan oleh mayoritas hewan menghasilkan keanekaragaman yang diperlukan untuk kelestarian jenisnya di dunia yang terus-menerus berubah (Soewolo,1997).
Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan siklus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan pada marmut 15 hari (Anonima,2010).
Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut siklus menstruasi. Sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut siklus estrus. Siklus estrus ditandai oleh adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betina akan reseptif terhadap hewan jantan, dan kopulasinya kemungkinan besar akan fertile sebab di dalam ovarium sedang terjadi ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tapat untuk implantasi (Tim pengajar,2010).
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah”, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap matesterus (anonimb,2010).
Pada tahap metestrus birahi pada mencit mulai berhenti, aktivitasnya mulai tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada jantan. Ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran yang paling kecil karena uterus menciut. Pada ovarium korpus luteum dibentuk secara aktif, terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum (anonimb,2010).
Tahap selanjutnya adalah tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Fase ini disebut pula fase istirahat karena mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus terdapat banyak mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan terdapat banyak lender (anonimb,2010).
Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel dengan cepat menjadi folikel pertumbuhan tua atau disebut juga dengan folikel de Graaf. Pada tahap ini hormon estrogen sudah mulai banyak dan hormon FSH dan LH siap terbentuk. Pada apusan vaginanya akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak berinti (sel cornified) dan tidak ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat adanya pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti pada sel yang baru belum terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan sel-sel baru ini berada di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut juga sel cornified (sel yang menanduk). Sel-sel cornified ini berperan penting pada saat kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina pada mencit betina tahan terhadap gesekan penis pada saat kopulasi. Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah mulai gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah fase estrus dan begitu selanjutnya fase akan berulang (anonimb,2010).
Hewan hanya dapat bereproduksi hanya secara aseksual atau seksual, atau bias bergantian melakukan kedua modus tersebut. Pada afid (aphid, kutu daun), rotifera, dan krustase air tawar daphnia, setiap betina dapat menghasilkan dua jenis telur, tergantung pada kondisi lingkungan, misalnya waktu-waktu dalam setahun. Satu jenis telur dibuahi, tetapi telur yang lain berkembang dengan cara parthenogenesis, yaitu proses perkembangan telur tanpa harus dibuahi (Campbell,2003).
Belum diketahui apa yang menyebabkan bakal sel kelamin begerak menuju pematang genital. Suatu kemungkinan bahwa gonad yang sedang berkembang menhasilkan suatu substansi yang bila menarik bakal sel kelamin secara kemotaksis serta kemampuannya menghancurkan secara histolisis sel-sel serta membrane-membran yang menghalanginya ().
Genitalia eksterna dari spermatogenesis adalah penis yang terdiri dari 3 massa silindris dari jaringan erektil ditambah uretra. Dua silindris disebut corpora kavernosa penis, terletak dibagian dorsal. Satunya dinamakan korpus kavernosum uretra atau korpus spongiosum dan mengelilingi uretra (uretra di tengahnya), pada ujung penis melebar membentuk gland penis. Korpus spongiosum mulai dsprofunda membentuk tonjolan yang disebut bulbus uretra/bulbus penis dilapisi oleh m. bulbospongiosus yang membantu mengeluakan urina (Soewolo,1997).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Jumat / 5 November 2010
Waktu : Pukul 07.30 s.d. 09.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai II Barat FMIPA UNM,
Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Spatula atau pipet tetes
b. Mikroskop cahaya
c. Kaca objek
d. Kaca penutup
2. Bahan :\
a. Mencit (Mus musculus)betina dewasa tidak hamil
b. NaCl fisiologis 0,9%
c. Metilen biru 1%
d. Aquades
e. Air ledeng
f. Canada balsam
g. Alcohol 70%
C. Cara Kerja
1. Memasukkan spatula yang sudah diusap dengan alcohol 70% ke dalam vagina mencit kira-kira sedalam ½ cm, lalu memutar dengan hati-hati. Lalu menyemprotkan larutan NaCl 0,9%ke dalam vagina mencit dengan menggunakan pipet halus. Menyemprotkan dan menyedotberulang kali hingga cairan di dlaam pipet tampak keruh.
2. Meneteskan sedikit cairan keruh yang terdapat dalam spatula ke dalam kaca benda.
3. Meneteskan larutan mitelin blue 1% dalam aquades ke atas kaca objek tersebut, membiarkan selama 3-5 menit.
4. Membuang kelebihan zat warna, kemudian membilas dengan air ledeng.
5. Menutup dengan kaca penutup dengan menggunakan canaa balsam.
6. Mengeringkan dan mengamati di bawah mikroskop.
7. Menentukan gambaran sitologi apusan vagina dan tahap siklus reproduksinya seperti :
a. Diestrus
b. Proestrus
c. Estrus
d. Metestrus.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan
1. Fase Diestrus
Fase diestrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak. Lamanya fase ini kurang lebih 55 jam. Pada fase ini ovarium dan alat kelamin luar tidak mengalami perubahan atau lebih dikenal berada pada masa istirahat atau tenang, sehingga walaupun ada pejantan yang mendekati betina yang sedang berada pada fase ini akan menolak untuk melakukan perkawinan. Dalam pengamatan ini kami tidak mendapati proses diestrus pada mencit betina.
2. Fase Proestrus
Pengamatan dengan perbesaran 10x40 memperlihatkan epitel berinti dan leukosit. Pada fase proestrus ini sel-sel epitel berinti mengalami mutasi atau perubahan karena kehilangan inti, sehingga berubah menjadi sel epitel menanduk, tetapi pada fase ini yang lebih dominan masil sel epitel berinti dan leukosit. Selain itu pada fase ini pula ditandai adanya mukosa atau lender. Berdasarkan pengamatan, pada fase diestrus yang dominan adalah sel-sel leukosit dan sel-sel epitel berinti dimana jumlah leukosit lebih banyak dari pada sel epitel berinti. Pada fase ini ovarium dan alat kelamin luar tidak mengalami perubahan atau lebih dikenal berada pada masa istirahat atau tenang, sehingga walaupun ada pejantan yang mendekati betina yang sedang berada pada fase ini akan menolak untuk melakukan perkawinan.
3. Fase Estrus
Fase proestrus merupakan fase yang ditandai dengan adanya sel-sel berinti bulat, leukosit tidak ada atau sangat sedikit Selama fase estrus atau birahi ukuran atau histologi uterus tidak pernah statis. Perubahan yng sangat nyata terjadi di endomterium dan kelenjarnya. Selama fase folikuler dari siklus estrus, kelenjar uterus sederhana dan lurus dan sedikit cabang. Penampilan uterus ini menandakan untuk stimulasi estrogen. Selama fase luteal, yakni saat proegesteron beraksi terhadap uterus, endometrium beratambah tebal secara mencolok, diameter dan panjang kelenjar meningkat secara cepat menjadi percabangan dan berkelok-kelok. Setelah melewati fase proestrus, sel-sel epitel mengalami kehilangan inti dan berubah menjadi epitel menanduk. Selain itu leukosit pun menghilang sehingga pada fase ini yang lebih dominan adalah epitel yang kehilangan inti atau epitel menanduk. Fase ini merupakan puncak dari siklus reproduksi mencit betina, dimana hewan betina yaitu mencit betina mengalami masa birahi, sehingga fase ini hewan betina siap untuk menerima hewan jantan untuk melakukan perkawinan.
4. Fase Metestrus
Fase metestrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epital menanduk dan leukosit yang banyak. fase metestrus ditandai dengan adanya sel epitel menanduk. Pada fase metestrus menunjukkan munculnya kembali sel-sel leukosit dan sel epitel berinti sehingga fase ini sering disebut fase peralihan dari estrus menjadi diestrus. Pada fase metestrus pertama lekosit mulai terlihat lagi letaknya di sekeliling epitel mananduk dan akan berkurang. Pada fase kedua epitel mananduk semakin sedikit akhirnya akan hilang semua, Hanya epitel berinti dengan leukosit yang letaknya sebagian masih ada di sekitar inti. Akhirnya leokosit menyebar kembali ke stadium diestrus.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada apusan vagina yang menunjukkan siklus reproduksi pada hewan Mencit (Mus musculus). Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum adalah:
1. Sel-sel apusan vagina memiliki perbedaan pada tiap-tiap fase estrus yang sedang terjadi pada mencit.
2. Adapun tahap-tahap yang dialami oleh hewan betina yang sedang estrus:
a. Fase diestrus
Fase diestrus merupakan fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak. Lamanya fase ini kurang lebih 55 jam. Pada fase ini ovarium dan alat kelamin luar tidak mengalami perubahan atau lebih dikenal berada pada masa istirahat.
b. Fase Proestrus
Fase proestrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel beinti berbentuk bulat, leukosit tidak ada atau sangat sedikit. Lamanya fase ini adalah 18 jam.
c. Fase estrus
Fase estrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epital menanduk yang sangat banyak, dan beberapa sel epitel dengan inti yang berdegenerasi. Lamanya fase ini kurang lebih 25 jam.
d. Fase metestrus
Fase metestrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epital menanduk dan leukosit yang banyak. Lama fase ini adalah kurang lebih 8 jam.

B. Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan pengamatan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan praktikum yang ingin di capai.


DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2010. http://generasibiologi.blogspot.com/2009/06/siklus-menstrulasi-atau siklus-ekstrun.html. Diakses pada tanggal 10 November 2010. Makassar.
Anonimb. 2010. http://nadzzsukakamu.wordpress.com/2009/03/16/siklus-estrus-pada- mencit/. Diakses pada tanggal 10 November 2010. Makassar.
Campbell. 2003. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Soewolo, Soedjono. 19977. Fisiologi Manusia. Malang. JICA
Soewolo, Soedjono. 19977. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta. PGSM.
Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.

0 komentar:

Posting Komentar